LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN VII
POLA PENYEBARAN
INDIVIDU DALAM POPULASI
NAMA : ASRYANI SAHRINA
NIM :
H41112290
HARI/TANGGAL :
SELASA/19 APRIL 2013
KELOMPOK :
IV (EMPAT) B
ASISTEN :
AHMAD ASHAR ABBAS
RISPAH HAMZAH
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyebaran populasi merupakan
pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi
berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau
manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi
dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari
predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik
lainnya (Anonim, 2011).
Istilah umum bagi gerak
penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus
territorial mobility yang biasanya mengandung makna gerak spasil,
fisik dan geografis. Ke dalamnya termasuk baik dimensi gerak penduduk permanen
maupun dimensi non-permanen. Migrasi merupakan dimensi gerak penduduk permanen,
sedangkan dimensi gerak penduduk non-permanen terdiri dari sirkulasi dan
komunikasi (Nurhidayah, 2011).
Informasi kepadatan
populasi saja belum cukup untuk memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai
keadaan suatu populasi yang ditemukan dalam suatu habitat. Dua populasi mungkin
dapat mempunyai kepadatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan yang nyata
dalam pola penyebaran spatialnya (tempat). Kepadatan populasi suatu daerah
sangat dipengaruhi oleh pola penyebaran populasinya (Anonim, 2011).
Data yang
diperoleh berupa frekuensi, kepadatan, luas penutup, Indek Nilai Penting (INP),
dan Indek Morisita. Dan di dalam pola penyebaran secara teratur sangat jarang
ditemukan berpola mengelompok. Hal inilah yang melatarbelakangi percobaan
mengenai pola penyebaran populasi dilakukan.
I.2 Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1.
Menentukan pola penyebaran individu dalam populasi
dengan menggunakan Indeks Mourisita.
2.
Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan
teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung
pola penyebaran individu dalam populasi.
I.3 Waktu
dan Tempat
Percobaan Pola Penyebaran Individu Dalam Populasi ini dilakukan pada hari
Sabtu, tanggal 19 April 2013 pukul 14.00 WITA bertempat di Laboratrorium
Biologi Dasar Lantai 1, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar dan pengambilan data dilakukan di Canopy,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan tentang populasi sebagai
bagian dari pengetahuan ekologi telah berkembang menjadi semakin luas. Dinamika
populasi tampaknya telah berkembang menjadi pengetahuan yang dapat berdiri
sendiri. Dalam perkembangannya pengetahuan itu banyak mengembangkan
kaidah-kaidah matematika terutama dalam pembahasan kepadatan dan pertumbuhan
populasi. Pengembangan kaidah-kaidah matematika itu sangat berguna untuk
menentukan dan memprediksikan pertumbuhan populasi organisme di masa yang akan
datang.
Penggunaan kaidah matematika itu tidak hanya
memperhatikan pertumbuhan populasi dari satu sisi yaitu jenis organisme yang di
pelajari, tetapi juga memperhatikan adanya pengaruh dari faktor-faktor
lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Pengetahuan tentang dinamika populasi
menyadarkan orang untuk mengendalikan populasi dari pertumbuhan meledak ataupun
punah (Nurhidayah, 2011).
Populasi juga mempunyai sejarah
hidup dalam arti mereka tumbuh, mendadakan pembedaan dan memelihara diri
seperti yang di lakukan organisme. Di samping itu populasi juga mempunyai
organisasi dan struktur yang dapat dilukiskan. Populasi adalah kumpulan
individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk
menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas
di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan
perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah.
Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya
dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi
genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi (Nurhidayah,
2011).
Struktur suatu komunitas alamiah
bergantung pada cara dimana tumbuhan dan hewan tersebar atau terpencar di
dalamnya. Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun
keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak terbatas dari pola
penyebaran demikian yang terjadi dalam alam secara kasar dapat dibedakan
menjadi tiga kategori yaitu (Michael, 1994) :
1.
Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada tempat
tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan yang keras
sehingga timbul kompetisi yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
2.
Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar dalam
beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Penyebaran ini jarang
terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan homogen.
3.
Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu selalu ada
dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah.
Pola ini umumnya dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor
lingkungan yang sama.
Dari ketiga kategori ini,
rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati di lam dan merupakan
gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada
tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih
lokal dan fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok.
Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan
sosial. Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan
tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap
adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak
seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael,
1994).
Populasi cenderung diatur oleh
komponen-komponen fisik seperti cuaca, arus air, faktor kimia yang membatasi
pencemaran dan sebagainya dalam ekosistem yang mempunyai keanekaragaman rendah
atau dalam ekosistem yang menjadi sasaran gangguan-gangguan luar yang tidak
dapat diduga, sedangkan dalam ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi,
populasi cenderung dikendalikan secara biologi dan seleksi alam.Faktor negatif
ataupun positif bagi populasi adalah , Ketidaktergantungan pada kepadatan
(density independent), apabila pengaruhnya tidak tergantung dari besarnya
populasi. Contohnya iklim sering kali, tetapi tidak berarti selalu.
Ketergantungan pada kepadatan (density dependent), apabila pengaruhnya pada
populasi merupakan fungsi dari kepadatan. Contohnya faktor biotik (persaingan,
parasit, dan sebagainya) tetapi tidak selalu (Odum,1993).
Populasi dapat konstan
dapat pula berfluktuasi atau dapat pula meningkat atau menurun terus.
Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus utama ekologi populasi.
Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang saling mempengaruhi,
yaitu kelahiran
(natality), kematian (mortality) dan migrasi (emigrasi dan imigrasi) (Mc Naughton,
1990).
Dalam penyebarannya
individu-individu itu dapat berada dalam kelompok-kelompok, dan
kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain. Pemisahan
kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca
yang menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling berhubungan untuk
melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-populasi yang hidup secara
terpisah ini di sebut deme. Selain itu, ada juga yang menyebutkan bahwa populasi
merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun
pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari
semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari
sifat-sifatnya (Nurhidayah, 2011).
Menurut Umar (2013), penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui tiga pola
yaitu :
1.
Emigrasi,
yaitu pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat lainnya dan
tinggal secara permanen.
2.
Imigrasi,
yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara
permanen.
3.
Migrasi,
yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke daerah
populasi lainnya secara periodik.
Penyebaran organisme / individu
dalam populasi (penyebaran intern) terjadi menurut tiga pola yaitu,
random / acak, seragam dan bergerombol.Penyebaran secara acak relatif
jarang di alam, terjadi dimana lingkungan sangat seragam dan cenderung
berkumpul, Dapat terjadi dimana persaingan di antara individu sangat keras
dimana terdapat antagonisme positif yang mendorong pembagian ruang yang
sama.Hampir merupakan aturan jika yang diperhatikan adlah individu-individu.
Bergerombol dalam populasi sendiri ada yang menggerombol secara acak,
menggerombol seragam dan bergerombol berkumpul (Odum, 1993).
Dari ketiga kategori ini,
rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati dan merupakan
gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada
tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih
lokal dan fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok.
Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan
sosial. Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan
tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap
adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak
seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael,
1994).
Pola penyebaran seragam jarang
terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan demikian adalah apabila
terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu yang relatif ketat. Pola
penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak
adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak
dari hewan relatif jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi
akibat respon individu terhadap kondisi-kondisi local, perubahan cuaca harian
atau musiman, proses dari perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk
pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi social yang merupakan
agregasi aktif dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu,
seperti pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).
Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi
atau dapat pula meningkat atau menurun terus. Perubahan-perubahan demikian
merupakan fokus utama ekologi populasi. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh
empat faktor yang saling mempengaruhi, yaitu kelhiran (natality), kematian
(mortality) dan migrasi (emigrasi dan imigrasi) (Odum, 1993).
Migrasi musiman tidak hanya
memungkinkan pendudukan daerah-daerah yang akan tidak baik dalam ketiadaan
migrasi tetapi juga memungkinkan binatang-binatang memelihara laju rata-rata
kepadatan dan kegiatan yang lebih tinggi. Populasi ynag tidak bermigrasi sering
kali harus menjalani pengurangan kepadatan yang luar biasa atau melakukan
semacam bentuk dorman selama periode yang tidak baik. Orientasi dan navigasi
migrasi-migrasi jarak jauh merupakan lapangan penelitian dan teori-teori yang
sangat populer, tetapi masih sedikit yang dimengerti. Penyebaran membantu
natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud bentuk pertumbuhan dan
kepadatan populasi. Di dalam kebanyakan kasus beberapa individu atau
hasil-hasil refroduktifnya secara tetap meninggalkan atau memasuki populasi
(Odum, 1993).
Dalam mengkaji pertumbuhan populasi, beberapa
hal yang perlu diperhatikan
adalah dalam lingkaran hidup
dari organisme terdapat fase lahir, pertumbuhan, dewasa, tua dan kemudian mati.
Umur hewan terbagi dalam tiga periode, yaitu fase preduktif, dimana hewan mengalami
pertumbuhan yang cepat tetapi belum mampu berproduksi, fase reproduksi,
dimana hewan mampu bereproduksi, fase post reproduksi, dimana hewan tidak
mampu lagi bereproduksi yaitu pada umur tua. Dengan demikian struktur umur/ratio umur dalam
suatu populasi dapat menunjukkan suatu populasi apakah sedang mengalami
pertumbuhan yang cepat, stabil, atau sedang mengalami penurunan (Setiadi,
1989).
Analisis data pola penyebaran individu dalam
populasi ditentukan dengan Indeks Morishita Rumus
untuk menghitung Indeks Penyebaran Morisita adalah sebagai berikut :
n
å {x
(x-I) }
i=l
1d = n
n n
å X å (åx-l)
i=1 ;=1
dengan
Id = Indeks sebaran Morishitia, n = Jumlah. ulangan pengambilan contoh, xi =
jumlah individu. pada setiap ulangan pengambilan contoh, dan N =, Jumlah
individu total yang diperoleh dalam pengambilan, contoh. Kriteria: Id < 1
berarti penyebaran spesies, seragam, Id = 1 berarti penyebaran spesies secara, acak,
dan Id > 1 berarti Penyebaran mengelompok (Junaidi, Endri., dkk, 2010).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini adalah alat tulis menulis, plot ukuran 1 m x 1 m dan kamera.
III.2 Bahan
Bahan
yang dgunakan dalam percobaan ini adalah lokasi yang diamati komunitasnya baik
tumbuhan maupun hewan yang berbeda areal tersebut.
III.3 Cara
Kerja
Cara
kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.
Suatu areal dipilih secara acak yang akan diduga pola
penyebaran individu populasinya.
2.
Dilempar plot ke arah yang akan diduga pola penyebaran
individu populasinya.
3.
Dihitung jumahorganisme yang ada di dalam areal plot.
4.
Jumlah individu organisme dicatat yang berada pada
plot tersebut.
5.
Tabel hasil pengamatan dibuat sehingga memudahkan
dalam pengolahan data.
DAFTAR PUSTAKA
Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.
Junaidi,
Endri., Effendi. P., Sagala., 2010. Kelimpahan
Populasi dan Pola
Distribusi
Remis (Corbicula sp) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin.
Jurnal Penelitian
Sains. Volume 13 Nomer 3(D) 13310. September 2010. Hal. 13310-51.
Mc Naughton, S., 1990. Ekologi Umum. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Michael, P.
E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Universitas Indonesia, Jakarta.
Nurhidayah,
Evy. 2011. Pengambilan Sampel Pada Populasi.
Odum, Eugene., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah
Mada,
Yogyakarta.
Setiadi, D., 1989. Dasar-dasar Ekologi. Pusat
Antar Ilmu Hayat. IPB, Bogor.
Umar, M.,
Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar